19 April 2008

Inter dan Supra

Catatan Harian
5 April 2006


MENGAWALI pagi dengan kecewa. Demikian gambaranku hari ini, setelah kesebelasan favoritku Intermilan kalah menyakitkan 0-1 dari Villareal FC, wakil Spanish di Liga Champion gara- gara gol semata wayang Arrabuana menit ke-55.
Kekalahan yang menyakitkan karena klub sekota, AC Milan lolos meyakinkan setelah menundukkan Olyimpique Lyon di Giuseppe Meazza dengan score mencolok 3-1.
Menonton sepak bola adalah hobi favoritku sejak kelas dua Aliyah. Saat itu, satu-satunya TV milik ustadz pembina, Katsier Mahmud. Setiap malam Minggu dan Senin ramai dikunjungi santri yang hobi berat nonton bola, salah satunya adalah aku. Sampai saat ini, terus menjadi kebiasaanku.
"Hari ini, semua teman seasrama yang menjagokan AC Milan pasti bergembira dan meledekku karena kekalahan ini", pikirku. Tapi saya punya rencana jitu , meninggalkan rumah saat mereka semua masih tertidur untuk segera memburu berita di Hotel Sahid Jaya Jl Ratulangi Makassar. Meski acara baru berlangsung pukul 10.00, saya meninggalkan rumah pukul 08.00 berkeliling sepanjang Jl Alauddin sekalian mengisi bensin di SPBU.
Puluhan motor antri di SPBU Jl Alauddin (Saya lupa nama SPBUnya, mungkin insting jurnalistikku masih minim sehingga budaya catat-mencatat belum terpatri kuat).
Ini adalah hari keempat menjalani profesi wartawan, meski dalam surat tugas yang selalu kubawa masih tercantum calon reporter karena belum memiliki identity card. Hal tersebut sering membuat minder terutama ketika wartawan media lain menanyakannya.Meski demikian saya tetap menjalaninya sambil berharap tiga bulan segera berlalu.
Hari ini saya merasa sangat segar. tidak seperti hari sebelumnya saat punggungku masih sakit. Karena teraphy seorang sahabat, Hermanto, yang sering dipanggil sanro (ahli) pijat. Hanya dengan beberapa kali sentuhan plus minyak kayu putih, rasa sakit perlahan mulai sirna
Saya memperoleh pengalaman "kurang menyenangkan" hari ini, ketika bermaksud meliput sebuah acara yang diadakan Dinas Pekerjaan Umum di lantai dua Hotel Sahid Jaya, Ketua Panitia (namanya kurang jelas), mengatakan acara Trainer of Trainer (TOT) PU tidak bisa diliput karena rutinitas internal kantor. Mungkin tidak terbiasa dengan jawaban seperti itu, saya seperti kehilangan kata-kata untuk menjawabnya, sehingga saya langsung meninggalkan ruangan.
Meliput dua kejadian dengan tempat yang saling berjauhan menjadi kesan tersendiri hari ini. Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah di Sahid dan Diskusi Solution mengenai Tenaga Honorer Tahun 2009 di Warkop Dottoro Jl Pengayoman Makassar dengan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin sebagai keynote speaker.
Saya tidak bisa membayangkan, meliput dua peristiwa berjauhan tanpa motor. Untunglah, teman-teman di rumah terus mendukung dengan meminjamkan motor setiap hari.Rusli, Asrul dan Edho rela "menyewakan" motornya selama tiga bulan secara bergantian.
Merekalah sahabat seperjuangan. Saya telah melewati 12 tahun bersama Rusli mulai dari tsanawiah, aliyah, IAIN (sekarang UIN) sampai sekarang. Demikianpun dengan Edho, hanya saja ia melanjutkan kuliah di Akademi Ilmu Pelayaran Indonesia (AIPI) Jl Gatot Subroto tapi tetap bersama satu rumah. Sementara Asrul, mahasiswa semester dua Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar adalah teman sekampung, di Soppeng. Lucunya, ketiga motor yang selalu kupakai bergantian merknya supra.
Sampai saat ini, menulis berita dengan gaya bahasa yang padat masih menjadi masalah serius. Ini mungkin karena selama ini saya terbiasa menulis makalah. Namun demikian, bimbingan dari para pakar Tribun senantiasa datang sehingga keinginan untuk mengetahui lebih jauh pengetahuan praktis penulisan berita semakin menggebu. (cr1)

No comments: