Makassar, 17 April 2006
Catatan Harian
MENGATASI kejenuhan setelah seharian beraktivitas di antara tumpukan berkas barangkali menjadi alasan bagi para penggemar night party. Menghabiskan waktu istirahat sambil menikmati alunan musik di diskotik atau bar. Menjalani kehidupan malam adalah bagian rutinitas senggang mereka.
Hiburan malam tak akan sepi dari konsumen. Ragam aktivitas hidup siang hari membuat tubuh terkuras dan memerlukan sarana refreshing. Menghabiskan waktu berjam-jam di bawah lampu kelap-kelip sambil menikmati house music menjadi pelarian sebagian kelas elite untuk mengisi waktu luang mereka.
Bukan rahasia lagi, industri malam menjadi salah satu industri yang berkembang pesat di sebuah kota metropolitan seperti Makassar. Di samping menambah pundi-pundi negara lewat pajak yang jumlahnya demikian banyak, juga menyimpang banyak cerita yang hanya diketahui oleh mereka yang sering menikmatinya.
Seks dan obat-obatan adalah hal biasa bagi penikmat industri hiburan. Mereka memiliki style, norma, dan etika sendiri.
Jakarta Under Cover, sebuah buku yang menyerupai hasil investigasi karangan Moammar Emka, menghentak masyarakat awam mengenai perilaku seks kaum jet set. Aneka adegan yang hanya ditonton dalam blue film menjadi hal lumrah dalam sajian cerita Emka.
Di sebuah hotel berbintang kawasan pantai Losari Makassar, ratusan pengunjung di lantai dua hotel tersebut tampak enjoy dan larut dalam tarian-tarian erotis ala Hawaii. Para penari dengan busana setengah telanjang melenggak-lenggok di panggung menghibur pengunjung.
Majalah Playboy edisi Indonesia menjadi bahan pergunjingan seantero negeri setelah edisi pertamanya terbit. Pemiliki industri dikejar-kejar, para model yang ambil bagian menjadi sasaran kritik. Di tengah cemohan yang bertubi-tubi, Playboy justeru laris di pasar dan terus diburu konsumen.
Aneh memang. Asumsi dan opini masing-masing person mengenai sesuatu pastilah berbeda. Pengaruh lingkungan dan pergaulan menjadi dasar penilaian seseorang. Belum lagi kalau kita berbicara mengenai dunia malam.
Tidak semua orang bisa menembus dunia malam ini. Hanya kalangan tertentu, barangkali wartawan juga termasuk di dalamnya, memiliki akses tertutup terhadap kehidupan malam yang bertabur cahaya, pesona, dan bau parfum mewah.
Yah wartawan, profesi yang kujalani sekarang, ternyata memiliki beberapa keistimewaan khusus. Di saat para tamu menunggu giliran untuk mendapatkan karcis masuk, wartawan malah nyelonong masuk.
Malam itu, di tengah hingar-bingar pesta, saya menghadiri sebuah night party yang diselenggarakan oleh salah satu produsen ponsel terkemuka, Nokia.
Ratusan pengunjung dengan beragam style tumpah-ruah dan menikmati sajian istimewa persembahan Nokia tersebut. Mulai dari pramusaji, host, didandani ala Hawaii. Tentu saja dengan busana minim tembus pandang.
Ratusan pandangan mata adalah hal lumrah bagi mereka. Akupun menikmati suasananya. Sajian tari Hawaii diiringi full music menghipnotis para pengunjung. Mengasyikkan.(cr1)
No comments:
Post a Comment