25 April 2008

KIRIMAN PUISI DARI SEBERANG

Makassar, 14 Mei 2006
Catatan Harian

MENYAKSIKAN ratusan guru sekolah dasar menggelar seminar tentang perbaikan kesejahteraan guru di Makassar, hatiku tiba-tiba terenyuh. Para guru yang telah bekerja keras meningkatkan kecerdasan manusia Indonesia justeru gelisah dengan kehidupan sehari-hari mereka. Sungguh ironi bangsa ini!
Saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali rasa prihatin yang tiba-tiba menyeruak seiring dengan keluh-kesah seorang guru tua mengenai masa depan keluarganya. Ia mengeluhkan Undang-Undang Nomor 15 tentang Guru dan Dosen yang terlambat terbit. Dirinya sudah pensiun ketika undang-undang ini diterapkan, ujarnya lirih.
***
Solo, Jawa Tengah, Minggu, 27 September 2005. Ratusan ribu berkumpul di stadion Manahan Solo, saat itu seorang guru senior tampak membacakan puisi ketika Wakil Presiden RI Yusuf Kalla sementara berpidato.

...
Apa artinya bertugas mulia
Ketika kami hanya terpinggirkan
Tanpa ditanya, tanpa disapa
Kapan sekolah kami lebih dari kandang ayam
Sejuta batu nisan
Guru tua yang terlupakan oleh sejarah
Terbaca torehan darah kering
Di sini terbaring seorang guru
Semampu membaca bungkus
Sambil belajar menahan lapar
Hidup sebulan dari gaji sehari
Ketika badak dan komodo dilindungi
Justeru guru ditelantarkan
(Tribun Timur Edisi Senin 28 November 2005)

Prof Dr Winarno Surachmad, mantan Rektor IKIP Jakarta, dengan penuh haru membacakan puisi tentang keluh kesah seorang guru. Puisi yang menyuarakan aspirasi jutaan guru tentang kondisi perekonomian mereka.
Meski dicaci-maki oleh Wapres dengan sebutan "guru besar tak beradab", Prof Winarno mengaku puas karena bisa menyampaikan aspirasi pada guru.
***
Guru adalah pilar satu bangsa. Di tangan mereka, jutaan anak bangsa mendapatkan pengetahuan tak ternilai. Namun kerja keras mereka tidak dihargai layak. Kesejahteraan untuk menjalani hidup masih sebatas impian. Meski demikian, mereka tetap menjalankan tugas.
Haruskah kesejahteraan tersebut mengganggu konsentrasi mengajar mereka. Memikirkan nasib anak dan keluarga di rumah. Cukupkah gaji sebulan sebagai bekal di tengah harga kebutuhan pokok yang membumbung tinggi. Atau negara ini sudah tidak memiliki anggaran untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka?

No comments: